Pernahakah
anda bermain kelereng? Atau pernahkah anda memperhatikan sekelompok anak yang
sedang bermain kelereng?. Bagaimana anda menggambarkan suasana hati mereka
ketika memainkan bola-bola kecil tersebut? asyik, senang, antusias, ceria dan
masih banyak kata-kata lain yang
mewakili perasaan gembira mereka ketika bermain kelereng. Semua anak yang
bermain kelereng pasti memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana bisa memenangkan setiap permainan
dan medapatkan sebanyak mungkin kelereng dari lawan. Mereka harus fokus dan
serius mengarahkan tatapan mereka kepada bola-bola kecil yang mereka bidik.
Mereka berusaha dengan maksimal bagaimana caranya menembakkan kelerengnya tepat
ke kelereng sasarannya. Ketika mereka kalah dalam permainan, tak mendapatkan
satu pun kelereng, atau mungkin semua kelerengnya habis tak bersisa dikalahkan
lawan-lawannya, tak jarang perasaan kecewa pasti muncul dari diri mereka. Bukan
hanya itu, setelah permainan selesai pasti hanya kelelahan yang dengan erat
menghinggapi tubuh mereka, terutama jari-jari mereka, bahkan letihnya masih
hinggap dengan setia di tubuhnya berhari-hari. Terlepas dari keseriusan mereka
bermain kelereng, kecewa karena kalah, rasa letih pada tubuh mereka, kenapa
mereka selalu merindukan untuk selalu bermain kelereng lagi? Jawabannya sangat
sederhana, yaitu karena mereka memainkannya dengan perasaan yang senang. Mereka
selalu bergembira untuk bermain kelereng. Panasnya sengatan matahari
seolah-olah menjadi pembakar semangat mereka untuk bermain kelereng lagi dan
lagu. Derasnya hujan yang mendinginkan seluruh tubuhnya tak akan pernah menjadi
penghalang mereka untuk memainkan si bola mungil ini.
Sebuah tempat
belajar atau kelas bagi kebanyakan siswa layaknya hanya sebuah ruang berbentuk kotak
yang penuh dengan kebosanan, keseriusan, dan melelahkan. Bagi mereka kelas
adalah ruang keterpaksaan untuk mendapatkan sebuah pendidikan. Tentunya bukan
hanya kelas yang menjadi penyebab bagi mereka enggan untuk datang ke kelas
tersebut. Penyebab lain, yang juga menjadi penyebab lebih besar akan keengganan
siswa datang ke ruang kelas adalah bagaimana seorang guru bisa menciptakan
sebuah kelas yang penuh dengan keceriaan, dalam hal ini bukan bagaimana seorang
guru mendekorasi sebuah ruang kelas, tetapi bagaimana seorang guru bisa
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
Setiap guru
pasti mendambakan siswanya bisa belajar dengan fokus dan serius di kelas.
Tentunya setiap guru mendambakan setiap siswanya bekerja dengan keras meskipun
mereka harus merasa letih secara fisik maupun mental. Setiap guru pasti selau
mendambakan memiliki siswa-siswi yang selalu bersemangat melangkahkan kakinya
dari rumah menjadi ruang kelas meskipun terik matahari menyengat atau derasnya
hujan mengguyurnya. Setiap guru pasti selalu merindukan keceriaan dan senyuman
semua siswa ketika belajar di kelas. Seorang guru harus belajar dari permainan
kelereng. Menciptakan sebuah tempat dan proses pembelajaran yang membuat siswa
merasa riang meskipun mereka harus serius, fokus, ataupun letih. Sebauh ruang
belajar yang selalu memberikan kerinduan bagi siswa untuk selalu datang mencari
ilmu.