Hampir tiga tahun saya menetap di kampung
halaman istri saya, yaitu di salah satu desa kecil di Gresik, baru kali ini
saya mendengar istilaih meti’an. Apa itu meti’an? Saya kurang
tahu apakah di daerah lain juga mempunyai istilah yang sama. Yang pasti metian
di kampung istri saya adalah sebuah tradisi doa bersama yang diselenggarakan oleh
tuan rumah (yang akan panen) sehari sebelum dia memanen atau memetik hasil
sawahnya. Dengan kata lain tradisi ini hanya dilakukan di kampung yang mayoritas
penduduknya bercocok tanam di sawah. Oleh karena itu bertahun-tahun saya
tinggal kampung halaman saya di Mojokerto saya tidak pernah merasakan tradisi meti’an
karena kampung halaman saya di Mojokerto bukanlah perkampungan yang
dikelilingi oleh sawah yang luas yang mayoritasnya bercocok tanam. Kegiatan doa
bersama dalam meti’an tidak selama doa bersama atau tahlil untuk
mendoakan kerabatnya yang telah meninggal. Jumlah tetangga yang diundang juga
tidak sebanyak tetangga yang diundang ketika menyelenggarakan tahlil. Tuan
rumah yang menyelenggarakan metian biasanya hanya mengundang tetangga
terdekat yang jumlahnya sekitar sepuluh orang untuk datang kerumahnya. Sebelum
salah satu undangan membacakan doa, si tuan rumah menyediakan hidangan yang
bentuknya tidak semewah hidangan ketika acara tahlilan yang nantinya dibawa
pulang undangan. Dengan memberikan uang 5000 ribu, si tuan rumah meminta salah
satu undangan untuk membacakan do’a yang tujuan utamanya adalah supaya kegiatan
panen besok berjalan lancar dan hasil panennya berkah. Setelah do’a selesai
dibacakan, semua undangan pulang dengan membawa satu bungkus nasi beserta
lauknya yang sederhana yang di berikan oleh si tuan rumah.
Itulah tradisi meti’an, tradisi
sederhana yang sarat makna. Tradisi do’a bersama untuk meminta Allah diberikan kemudahan
dalam memanen hasil sawahnya. Berdo’a untuk diberikan keberkahan hasil panen
yang akan dipetik. Tradisi memberi yaitu memberikan hidangan yang sederhana
namun sangat bermakna kepada tetangga. Dengan penuh keyakinan Allah akan
memberikan lebih ketika kita bisa memberi sesuatu kepada orang lain secara
ikhlas.